Diposting oleh MEDIA CENTER YAYASAN AL-FIRDAUS | 15.46 | 0 komentar »

Desain Arsitek Indonesia | Info Desain Arsitek Indonesia

Desain Arsitek Indonesia | Info Desain Arsitek Indonesia

Dari Global Menuju Desain Lokal

Desain tradisional sesungguhnya tidak kalah menariknya dibanding gaya modern.

Tren desain interior terus berubah. Beberapa tahun lalu, misalnya muncul gaya kontekstual, klasik, maupun kosmo, serta disusul dengan maraknya desain modern minimalis pada tahun-tahun belakangan. Kesemuanya tampil dengan ciri khas dan keunikan masing-masing yang membuatnya disukai oleh masyarakat, baik di dalam negeri maupun mancanegara.

Akan tetapi bila diperhatikan lebih jauh, dari trensetter tersebut, didominasi oleh unsur luar, terutama pengaruh desain gaya Barat. Nah pertanyaannya kemudian, karena sebenarnya di tiap negara memiliki budaya lokal yang dapat dikembangkan dari segi desain, mengapa menjadi kurang menonjol? Apakah lantaran dianggap ketinggalan zaman?

Desain interior dari Point3 Shadowa, Faisal YA, mengatakan sebenarnya desain lokal tradisional tidak kalah menarik dengan gaya desain populer. Bahkan pada beberapa hal, jauh lebih memiliki unsur estetika. Yang menjadi masalah adalah, saat ini desainer-desainer dari perusahaan papan atas di dalam negeri, banyak dikuasai oleh pelaku asing.

”Oleh karenanya mereka kurang memberi porsi pada desain lokal dan ini terjadi hampir di setiap lini, mulai dari desain bangunan gedung, pertokoan, hingga perumahan,” tandas Faisal ketika dihubungi.

Akibat gempuran dari interior bergaya populer serta modern, maka lambat laun hal itu menciptakan tren di kalangan masyarakat. Kalau sudah demikian, bisa dipahami apabila masyarakat cenderung untuk mengikuti tren yang sedang berkembang ketimbang memilih menggunakan arsitektur bergaya tradisional.

Dia melihat pada bangunan gedung, hampir sebagian besar memilih gaya modern. Demikian juga di kompleks-kompleks perumahan yang memakai desain standar serta gaya modern minimalis. Adapun yang masih setia pada pakem tradisional, kebanyakan dipakai pada desain bangunan resort yang memang ‘menjual’ unsur etnik dan budaya.

Hal ini tentu memprihatinkan mengingat dalam beberapa momen, justru desain tradisional diminati oleh kalangan mancanegara. Sekadar menyebut contoh, Faisal mengatakan penyanyi kondang asal Spanyol, Julio Iglesias, begitu tertarik setelah melihat keunikan unsur budaya Bali sehingga kemudian dia menyewa jasa seniman-seniman pulau Dewata guna mendesain rumahnya di Amerika dengan desain dan tata interior bernuansa Bali.

Lebih jauh jika membandingan dengan desain tradisional pada masing-masing negara, semisal Jepang, Cina, Arab, dan sebagainya, pemilihan unsur lokal masih menjadi pilihan. Rumah-rumah penduduk meskipun telah pula bergeser ke gaya tropis naturalis, namun dalam beberapa bagian penting dari bangunan atau rumah, unsur lokal tetap ditampilkan.

”Tidak perlu jauh-jauh menyebut contoh di Jepang, kalau kita lihat restoran-restoran Jepang di sini, gaya desain tradisionalnya masih sangat kental,” katanya menambahkan.

Faisal tidak menampik kemungkinan bahwa kurangnya pemakaian unsur tradisional di Indonesia karena dianggap kuno dan ketinggalan zaman. ”Padahal tidak demikian, malahan dengan hadirnya gaya tradisional pada suatu bangunan, dapat menjadi nilai tambah tersendiri,” papar dia.

Untuk ke depan, dia mengaku masih percaya bahwa desain dan gaya arsitektur lokal bisa dikembangkan dan diminati masyarakat. Namun demikian, diakuinya untuk mewujudkan harapan itu bukanlah pekerjaan yang mudah, karena dibutuhkan kesadaran dan dukungan berbagai pihak agar budaya tradisional dapat lebih dihargai.

Desain untuk Memaksimalkan Fungsi

Unsur modern dalam desain interior di Indonesia memang masih mendominasi, namun, sebenarnya gaya klasik, tradisional ataupun kontemporer masih banyak ditemukan pada bangunan perkantoran atau rumah tinggal, seperti apartemen. Menurut desainer interior, Yuni Jie, modern itu sendiri lebih kepada penggunaan fungsi dan material secara tepat dan efisien pada setiap produk. Konsep modern yang mengutamakan fungsi dan kepraktisan merupakan pilihan yang tepat, mengingat terbatasnya lahan dan ruang di kota-kota besar, seperti di Jakarta. Sementara desain merupakan alat untuk dapat memaksimalkan fungsi sebagai ruang.

Karena itu pula prinsip kerja desain interior adalah lebih kepada fungsi. ”Yang utama dalah fungsi lalu estetika,” ujar Yuni Jie pada peluncuran buku karyanya bertajuk Modern Interior Design, belum lama ini. Karena tujuan utamanya adalah fungsi, maka katanya, sebelum mendesain suatu ruangan, desainer terlebih dulu menanyakan kebutuhan ruangan apa saja yang diinginkan. Atas dasar kebutuhan itulah mereka bekerja.

Hal yang sama juga berlaku pada desain interior. Apakah pemilik menginginkan bergaya modern minimalis, tradisional, elektrik, kontemporer, ataupun gaya klasik. Kalau pemilik menginginkan ruangannya didesain bergaya tradisional atau modern minimalis, desainer tertentu akan memenuhinya dengan menawarkan beberapa alternatif pilihan. ”Jadi kita bekerja berdasarkan order, dan membantu menerjemaahkan secara visul keinginan dan karakter pemilik dalam bentuk aplikasi desain,” jar Yuni yang pernah menimba ilmu desain interior di Amerika Serikat ini. kho

Ikhtisar
*Desain interior bangunan di Indonesia lebih didominasi gaya Barat.
*Lain dengan di Jepang atau Cina yang terus mempertahankan gaya tradisional.
*Desain diterapkan sebagai alat untuk memaksimalkan fungsi sebagai ruang.
(yus )